Assalamu'alaikum Wr.Wb Selamat Datang di Blog Dunia Pendidikan Berbagi Wawasan Keilmuan, Keislaman Oleh : Sahrialsyah Sinar, M.Pd.I

Selasa, 25 November 2014

URGENSI PENDIDIKAN USIA DINI
DALAM MEMBENTUK GENERASI ISLAMI
Oleh : Sahrialsyah Sinar
Pendidikan adalah hal yang paling fundamental dalam membentuk karakter setiap manusia. Bagaimana karakter dan kepribadiannya tak terlepas dari pendidikan apa yang ia dapat dari keluarga dan lingkungan dimana tempat dia bergaul. Tentunya dalam pergaulan lingkungan yang paling mendominasi adalah keluarga. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang selalu di isi dengan nilai-nilai Islami, secara otomatis akan tumbuh menjadi insan yang berkarakter Islami.
            Namun sebaliknya, seorang anak yang terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang jauh dari nilai-nilai ke-Islaman, tentunya akan membentuk karakter manusia yang jauh dari nilai-nilai agama.
            Jhon locke seorang pakar Psikologi pada abad ke XIV.  mengemukakan sebuah teori “Tabularasa” berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah kertas kosong. Beliau mengibaratkan seorang anak kecil tak ubahnya seperti sebuah kertas kosong tanpa satu coretan apapun, dan kertas itu akan membentuk warna sesuai dengan tinta yang dicoretkan. Lanjutnya, karakter seorang anak akan dipengaruhi  oleh coretan-coretan pendidikan yang diberikan orangtua dan lingkungan tempat dimana ia bergaul dalam kesehariannya. Baik pendidikan orangtua, bagusnya lingkungan tempat ia bergaul, tentunya akan membentuk karakter kejiwaanya yang baik pula.

            Dalam Islam sendiri hal ini pernah diungkapkan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW. Mengatakan bahwa “ setiap anak yang lahir adalah dalam kondisi Fitrah (Islam), maka orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau majusi” Hadits ini menggambarkan betapa orangtua mendominasi dalam membentuk akidah anaknya. Oleh karena keseharian anak lebih banyak bergaul dengan orangtuanya terutama Ibu yang mengasuhnya sejak usia dini. Disadari atau tidak, memang apa yang didengar, dan dilihat seorang anak kecil dalam lingkungan keluarganya tentunya akan berpengaruh besar terhadap pendidikan karakter. Tak heran jika keluarga yang broken home, mental kejiwaan anaknya pun akan jadi terganggu.
            Islam adalah agama yang memiliki aturan komplek. Aturannya sempurna dan bertujuan untuk kemaslahatan umatnya. Semua diatur secara sistematis dan cendrung memberikan kemudahan dalam melaksanakan hubunganya secara vertical dengan Tuhanya, simultan tidak menyulitkannya untuk tetap bersilaturrahim melaksanakan hubungan horizontalnya terhadap sesame manusia lain. Sebagai contoh, sholat diwajibkan berdiri bagi yang mampu, namun boleh duduk dan berbaring dalam kondisi sakit. Begitu juga dengan sholat musafir boleh untuk dijamak dan diqasar, selama perjalanan itu tidak untuk maksiat. Hal ini tidak lain adalah kemudahan yang diberikan dalam agama sekaligus kompleksnya aturan-aturan dalam syariat. Begitu kompleksnya aturan yang ditetapkan dalam Islam, sehingga anak yang baru lahir pun sudah diberikan muatan-muatan Islami sebagai memori dasar untuk membentuk karakter hidupnya. Inilah syariat akan sunatnya untuk meng-azan dan Iqamahkan bayi yang baru lahir ditelinganya. Ini bertujuan untuk memberikan pendidikan Islam semenjak usia dininya, yakni pendidikan Islam sebagai memori perdananya.
            Jika kita kembali melihat bagaimana para Nabi, Ulama dan orang-orang sholeh terdahulu, mereka menanamkan nilai-nilai akidah semenjak kecil terhadap anak-anaknya. Nabi Ya’kub as. Ketika menjelang kematiannya dia mengumpulkan anak-anaknya dan bertanya “Ma ta’buduna min ba’dii” artinya apa yang akan kalian sembah sepeninggalku nanti. Anak-anaknya menjawab kami akan menyembah Tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu Ibramim, Ismail dan Ishaq yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepadaNya ( QS. Al-Baqarah : 103). Nabi Ya’kub tidak bertanya tentang kehidupan financial anak-anaknya. Misalnya wahai anak-anakku kalau  aku sudah tiada nanti  kalian semua makan apa. setelah ia wafat, melainkan hanya akidah sebagai tonggak dasar seorang Muslim kisah ini diabadikan Allah SWT.
 Dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 133. Di sisi lain, dalam surah Luqman Allah juga mengabadikan kisah Luqman al- Hakim, seorang ayah mengajarkan kepada anaknya ini adalah sebahagian kisah tentang bagaimana para orang  sholeh terdahulu lebih mengutamakan pendidikan akidah dalam membentuk pribadi anak-anaknya semenjak usia dini. Pendidikan akidah adalah signifikan, oleh karena amal ibadah yang dilakukan seorang tidak akan bernilai sama sekali dihadapan Allah SWT. Jika akidahnya menyimpang. Di tanah air kita Indonesia ini sudah banyak aliran-aliran dan paham ke-Agamaan yang menyimpang dari syariat Islam yang benar,  bahkan  tidak sedikit di  mereka yang difatwakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai aliran dan faham sesat dan menyesatkan. Ajaranya selalu menyelisihi dari apa yang sudah mapan dibangun  oleh Nabi yang dituliskan pada ulama terdahulu dalam berbagai literature, namun anehnya pengikutnya begitu banyak dan terkadang merekrut orang-orang dari kalangan intelektual seperti para mahasiswa dan pelajar, ini adalah problem umat Islam yang fundamental Aliran dan paham menyimpang terus menjamur dimana-mana Salah satu solusi dalam membentengi akidah bahkan semenjak mereka pada usia dininya. Akidah kokoh yang ditanamkan, akan menjadikannya tidak mudah untuk terpengaruh dengan ajaran-ajaran baru yang cenderung menyimpang dan jauh dari ajaran syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Pendidikan akidah, dan agama semenjak usia dini adalah penting dengan tidak mengesampingkan pendidikan yang bersifat duniawi dalam mewujudkan kecakapan hidupnya di dunia.
            Pendidikan usia dini terhadap anak akan membentuk karakter kepribadiannya, jika seorang anak di didik dengan nilai-nilai Islami semnjak kecil, tentu akan menjadikannya anak yang sholeh dan berakhlak baik ketika ia meranjak dewasanya. Namun sebaliknya jika dari semenjak usia dini pendidikan yang ia dapat jauh dari nilai-nilai Islami, dapat dipastikan bahwa karakter kejiwaanya pun akan membentuk sesuai dengan pendidikan yang ditanamkan padanya. Factor pendidikan dalam keluarga, orangtua, dan lingkungan tentunya berperan penting dalam mewujudkan seorang anak dengan karakter kepribadian Muslim yang bertaqwa. Pendidikan intelektual keduniawian perlu untuk menjadikannya cakap dalam hidup keduawiannya. Namun perlu disinergikan dengan pendidikan akidah yang bersifat ukhrawi. Jika kedua hal itu dapat diwujudkan secara simultan, pasti akan mewujudkan generasi intelektual yang piawi dalam kehidupan duniawinya, dan benar dalam akidahnya.

(Penulis Staf Pengajar sekolah Namira & Mahasiswa S2 Pascasarjana IAIN-SU).









Tidak ada komentar:

Posting Komentar