Assalamu'alaikum Wr.Wb Selamat Datang di Blog Dunia Pendidikan Berbagi Wawasan Keilmuan, Keislaman Oleh : Sahrialsyah Sinar, M.Pd.I

Selasa, 25 November 2014

SEBAIK-BAIK MANUSIA

SEBAIK- BAIK MANUSIA
Oleh : Sahrialsyah Sinar
Rasulullah Saw berpesan kepada Ali bin Abi Thalib, Sabdanya. “Hai Ali, Sebaik-baik manusia di sisi Allah ialah yang bermanfaat bagi manusia lainnya dan sejelek-jelek manusia di sisi Allah ialah orang yang panjang umurnya dan jelek perbuatannya. Dan sebaik-baik manusia itu, orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Manusia yang dimurkai Allah ialah orang yang makan sendirian dan menolak tamunya, orang yang memukul hambanya, orang yang memuliakan orang kaya serta menghinakan orang miskin.
Lebih jelek daripada itu ialah orang yang hidup didalam yang haram serta mati dalam yang haram pula. Dan lebih jelek daripada itu ialah orang yang panjang umurnya dan jahat perbuatannya serta tidak mau bertaubat dari perbuatannya serta tidak mau bertaubat dari berbuat apa yang telah dilarang Allah, sedang ia rakus/ bersungguh-sungguh mengharapkan ampunan Allah. Dan lebih jelek daripada itu ialah orang yang menampakkan persahabatan pada saudaranya yang muslim, sedang ia berfikir kebalikannya. Lebih jelek lagi daripada itu ialah orang yang hilang pada awal umurnya lupa (yakni kepada Allah ) dan akhirnya malas mentaati Allah SWT.
Nasihat Nabi kepada Ali ini bukan ditujukan kepada mantunya ini saja, tetapi kepada kita semua yang masih hidup. Saya tidak ingin memperbincangkan semua nasihat ini, tapi yang coba saya tonjolkan adalah mengenai manusia yang dimurkai, diantaranya adalah orang yang memuliakan orang kaya serta menghinakan orang fakir.

Dilihat dari kondisi sekarang ini nasihat Rasulullah tersebut tampaknya banyak yang kita langgar, salah satunya, kita banyak mengutamakan orang kaya daripada orang fakir.
Kita bisa menunduk-nunduk dihadapan orang kaya tersebut, bahkan terkadang mencoba mencari muka dihadapan orang kaya tersebut. Padahal boleh jadi orang kaya tersebut adalah orang yang mendapat kekayaan dari hasil korupsi yang selama ini ia lakukan. Atau boleh jadi hasil kekayaannya tersebut merupakan hasil transaksi dari penjualan barang-barang yang haram. Kalau dipikir-pikir apa kita tidak malu begitu mengagungkan mereka, menyebutkan mereka sebagai orang yang bijaksana, orang yang baik, orang yang peduli, karena mereka berusaha menyumbang kekayaan haramnya tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan.
Sementara kepada orang yang fakir miskin kita tidak sedikitpun merasakan keberadaannya, bahkan terkadang secara tidak langsung kita menghinakan mereka. Rasulullah sering mengadakan dialog dengan pemimpin –pemimpin Quraisy, mengharapkan semoga mereka masuk Islam. Pada suatu hari beliau bertatap muka dengan Utbah bin Rabi’ah Syaiban bin Rabi’ah Amr bin Hisyam alias Abu Jahl, umayyah bin Khalaf dan walid bin Mughirah, ayah Saifullah Khalid bin Walid.
Rasulullah berunding dan bertukar pikiran dengan mereka tentang Islam, beliau sangat ingin mereka menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau. Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba Abdullah bin Ummi maktun dating menganggu minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an. Kata Abdullah, “ Ya Rasulullah ? Ajarkan kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada anda”
Rasul yang mulia terlengah memperdulikan permintaan Abdullah. Bahkan beliau agak acuh kepada interupsinya itu. Lalu beliau membelakangi Abdullah dan melanjukan pembicaraan dengan pemimpin Quraisy tersebut. Mudah-mudahan dengan Islamnya mereka, Islam tambah kuat dan dakwah bertambah lancar.
Selesai berbicara dengan mereka Rasulullah bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba-tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah mewahyukan Firman- Nya Kepada Beliau :


Artinya : Dia ( Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta dating kepadanya, Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya ( dari dosa), atau dia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri ( beriman). Adapun orang yang dating kepadamu dengan bergegas( untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada Allah, maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan begitu sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan, maka siapa yang menghendaki tentulah ia memperhatikannya.( ajaran-ajaran itu) terdapat didalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, ditangan para utusan yang mulia lagi ( senantiasa) berbakti.( Q.S Abasa.80 : Ayat 1-16)
Enam belas ayat itulah yang sampaikan Jibril kedalam hati rasulullah sehubungan dengan peristiwa Abdullah bin Ummi maktum, yang senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai sekarang, dan akan terus dibaca sampai hari kiamat. Sejak hari itu Rasulullah tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi Abdullah apabila dia datang. Beliau tanyakan keadaanya dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau memuliakan Abdullah demikian rupa, bukankah tegoran dari langit itu sangat keras.
Dalam konteks ini, sering penulis jumpai banyak manusia seperti demikian. memuliakan  orang-orang kaya dan menghinakan orang-orang miskin. Seperti, saat ini masyarakat kita hanya memandang seseorang itu lewat materi saja. Kalau ada orang yang datang dengan mobil yang bagus diberi tempat yang baik, diladeni dengan antusias, bahkan segala kebutuhannya dicoba untuk dipenuhi, tetapi jika yang  datang orang biasa-biasa saja, jangankan diladeni, menyilahkan dirinya untuk masuk saja jarang kita lakukan.
Maka wajar jika Rasulullah berpesan kepada Ali bin Abi Thalib untuk menjauhi sifat-sifat seperti ini. Karena sifat seperti ini sangat dimurkai Allah. Sayangnya memang banyak di antara kita tidak menyadari demikian. Sama seperti kita menyambut pejabat, padahal pejabat itukan pelayan masyarakat, tetapi wacana yang muncul pejabat yang harus dilayani. Akibatnya semua harus menjadi orang-orang yang menjilat ke atas.
Sayangnya banyak pejabat yang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya dia pelayan public atau memang pura-pura tidak tahu. Dialah yang harus melayani. Bukan dilayani. Sementara orang yang seharusnya dilayani tidak dilayani. Inilah dunia yang memandang sesuatu lewat kacamata materi dan jabatan akibatnya banyak orang yang berusaha ingin menjadi pejabat, orang kayak arena ingin dimuliakan, dilayani, dengan jalan apapun dilakukan asal ia menjadi orang yang dimulikan .
Jarang ada orang yang menolak untuk dijadikan pejabat. Karena ia tahu dengan jabatanya ia merasa dimuliakan oleh orang lain. Padahal sebenarnya jabatan tersebut amanah.
Seharusnya kita sadar, kemulian seseorang tidak hanya dilihat dari jabatan dan materi semata. Kemuliaan harus datang dari diri pribadi. Banyak orang yang mungkin di mata manusia ia tidak punya apa-apa, tetapi disisi Allah ia adalah makhluk yang terbaik.
Oleh karena itu, ingatlah pesan Rasulullah, agar kita tidak didurhakai Allah, maka jangan selalu menghinakan orang fakir, karena ia tidak punya apa-apa dan memuliakan orang kayak arena ia banyak harta. Tetapi usahakan agar kita selalu memuliakan seseorang bukan karena jabatan, kekayaan tetapi karena memang ia punya kapasitas untuk dimuliakan, apakah itu akhlaknya yang memang baik maupun tingkat keimanan dan istiqomahnya kepada Allah selalu dipertahankanya. Jika itu kita lakukan inysa Allah, Allah akan selalu menjaga hati kita, agar hati kita ini bersih dalam memuliakan seseorang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar