Assalamu'alaikum Wr.Wb Selamat Datang di Blog Dunia Pendidikan Berbagi Wawasan Keilmuan, Keislaman Oleh : Sahrialsyah Sinar, M.Pd.I

Selasa, 25 November 2014

KEIKHLASAN DALAM BERQURBAN

KEIKHLASAN DALAM BERQURBAN
Oleh: Sahrialsyah Sinar

Ternyata berqurban tidak harus ikhlas. Inilah pesan dari hari raya qurban, pesan dari ibadah haji. Berqurban bahasa lain dari melakukan yang terbaik, guna mendekatkan diri kepada Allah. Berkorban jiwa, raga dan raga dan harta yang tidak ikhlas. Artinya berqurbanlah, bersedekahlah, berbuat baiklah, ikhlas akan datang dan menyertai.
Pada kesempatan ini penulis akan mengkaji tentang “ Ternyata berqurban tidak harus ikhlas” bersedekah satu juta tidak ikhlas, lebih baik dari pada bersedekah seribu tapi ikhlas. Banyak manusia berdebat soal ikhlas, akhirnya malah tidak beribadah, tidak bersedekah, dan tidak berqurban, tidak naik Haji dan Umroh, tidak sholat dan tidak puasa. Karena berdalih “dari pada tidak ikhlas lebih baik nanti saja”. Atau berdalih biar sedikit asal ikhlas.
Padahal bersedekah atau berqurban lebih baik sekarang, dari pada menunggu keikhlasan datang. Artinya zakat, infaq, sedekah, wakaf dan berqurban perlu latihan. Keikhlasan perlu juga latihan.
Artinya rajinlah bersedekah, infaq, dan wakaf atau berqurban Insya Allah keikhlasan akan datang dengan sendirinya. Inilah yang disebut dengan ikhlas “by Doing”. Daripada menunggu keikhlasan datang, baru bersedekah atau berqurban, atau menunggu khusu baru sholat, atau menunggu kaya baru berbagi. Lebih baik sekarang bersedekah dalam jumlah yang banyak Insya Allah keikhlasan akan datang.

Ketika kita bersedekah, berqurban dan berwakaf dalam keadaan tidak ikhlas, itu jauh lebih baik. Daripada menunggu ikhlas baru bersedekah atau berqurban.
Kenapa kita bersedekah, walaupun tidak ikhlas.karena bersedekah, wakaf, infaq, qurban dan kebaikan yang kita lakukan, kembali keuntungannya untuk diri kita sendiri. Allah Berfirman dalam Surah Al-Isra Ayat 7 :

Yang artinya: Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (QS.Al-Isra : 7)
Jika kamu berqurban untuk melakukan yang terbaik, “I do my best”, maka semua itu untuk dirimu sendiri.
Jadi hikmat yang dapat diambil dalam berqurban adalah berbagi.berbagi itu sendiri menumbuhkan pengorbanan. Orang yang pelit, kikir dan bakhil, sangat sukar untuk mengorbankan jiwa, raga dan hartanya. Bahkan kalau boleh dia hanya bernafas dengan satu lubang hidungnya. Allah berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 180



Yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang pelit atau bakhil dengan hartanya yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka, sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak kelehernya di hari kiamat, kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Ali Imran : 180.
Selain itu lewat ajaran perintah berqurban Islam mengajarkan, mendidik, serta menyadarkan umat ini bagaimana membangkitkan kepekaan dan kepedulian sosial kita kepada sesama saudara kita yang lain.yaitu membantu terbinanya pengentalan persaudaraan yang hakiki, cinta kasih dan kasih saying dan juga tanggung jawab antara sesame umat. Sehingga dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Allah SWT. Jadi intinya, berqurban adalah cara yang paling mudah untuk meraih kebahagian. Jika ingin bahagia berbagilah dan bahagiakan orang lain.berqurban mempunyai dan memiliki makna yang bernilai mulia bilamana makna esensi berqurban itu kita dapat kita tangkap dengan baik. Jadi berqurban bukanlah sekedar ritual tanpa makna, atau tradisi tanpa arti, berqurban harus mampu menggugah perasaan pelakunya untuk menghayati apa yang tersirat dibalik yang tersurat dari pelaksaan ritual tersebut.
Pesan itu berbunyi : “ Wahai orang miskin bersedekahlah. Bersedekah tidak harus menunggu kaya. Dalam Al-quran di terangkan.
Yang artinya :” hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah member nafkah atau sedekah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan” ( QS. At-Thalaq : 7).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki menemui Nabi Muhammad dan bertanya : “Ya Rasullullah, sedekah apa yang paling mulia?”Nabi menjawab: “ sedekah yang kamu berikan ketika kamu dalam keadaan sehat, kikir dan takut terhadap kemiskinan serta menginginkan kekayaan.”
Bersedekah saat kita kaya itu harus, dan wajar. Tapi bersedekah di saat kita miskin itu wajib agar umat Islam menjadi orang kaya yang banyak sedekah. Karena sedekah cara mudah mendatangkan kekayaan. Bagaimana pun  modelnya, perintah Allah akan tetap dilaksanakan sebaik-baiknya oleh manusia yang menginginkan kebahagian, kemuliaan dan kemakmuaran bagi bangsa dan tanah airnya. Manusia mulia dan bahagia adalah manusia yang senang berbuat baik dan berbagi, karena Allah SWT.
Bahkan tujuan hidup mereka adalah membayar zakat, orientasi hidup mereka berbagi, berinfaq, bersedekah, berwakaf. Al-quran menjelaskan di antara cirri orang yang beruntung dan bahagia adalah Lizzakati Failun, atau untuk zakat mereka bekerja ( QS. Al-Mu’minun :4).
Abdurahman bin auf (sahabat Nabi Muhammad) menyedekahkan seribu ekor unta dengan muatan sandang, pangan, dan papan bagi penduduk madinah, menyedekahkan 40.000 dirham perak, senilai Rp. 1.4 Miliar, 500 ekor kuda kepada tentara Islam 1.500 ekor unta dan banyak lagi. Dia bersedekah dan tidak takut miskin.
Di zaman ini ditemukan orang kaya yang bersedekah puluhan juta rupiah setiap hari, bahkan ada yang sedekah miliaran rupiah sekali sedekah. Berbahagialah karena manusia bahagia adalah manusia yang berbagi. Aturan berbunyi :”Berilah, maka anda akan menerima”.atau berbahagialah karena anda membahagiakan orang lain.”
Akhirnya semoga kita semua dimudahkan Allah untuk berqurban, berinfaq, bersedekah, dan berwakaf. Menikmati apa yang kita lakukan, sehingga mendatangkan keikhlasan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar