SEBAIK-
BAIK MANUSIA
Oleh
: Sahrialsyah Sinar
Rasulullah Saw berpesan
kepada Ali bin Abi Thalib, Sabdanya. “Hai Ali, Sebaik-baik manusia di sisi
Allah ialah yang bermanfaat bagi manusia lainnya dan sejelek-jelek manusia di
sisi Allah ialah orang yang panjang umurnya dan jelek perbuatannya. Dan
sebaik-baik manusia itu, orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya.
Manusia yang dimurkai Allah ialah orang yang makan sendirian dan menolak
tamunya, orang yang memukul hambanya, orang yang memuliakan orang kaya serta
menghinakan orang miskin.
Lebih jelek daripada
itu ialah orang yang hidup didalam yang haram serta mati dalam yang haram pula.
Dan lebih jelek daripada itu ialah orang yang panjang umurnya dan jahat
perbuatannya serta tidak mau bertaubat dari perbuatannya serta tidak mau
bertaubat dari berbuat apa yang telah dilarang Allah, sedang ia rakus/
bersungguh-sungguh mengharapkan ampunan Allah. Dan lebih jelek daripada itu
ialah orang yang menampakkan persahabatan pada saudaranya yang muslim, sedang
ia berfikir kebalikannya. Lebih jelek lagi daripada itu ialah orang yang hilang
pada awal umurnya lupa (yakni kepada Allah ) dan akhirnya malas mentaati Allah
SWT.
Nasihat Nabi kepada Ali
ini bukan ditujukan kepada mantunya ini saja, tetapi kepada kita semua yang
masih hidup. Saya tidak ingin memperbincangkan semua nasihat ini, tapi yang
coba saya tonjolkan adalah mengenai manusia yang dimurkai, diantaranya adalah
orang yang memuliakan orang kaya serta menghinakan orang fakir.
Dilihat dari kondisi
sekarang ini nasihat Rasulullah tersebut tampaknya banyak yang kita langgar,
salah satunya, kita banyak mengutamakan orang kaya daripada orang fakir.
Kita bisa
menunduk-nunduk dihadapan orang kaya tersebut, bahkan terkadang mencoba mencari
muka dihadapan orang kaya tersebut. Padahal boleh jadi orang kaya tersebut
adalah orang yang mendapat kekayaan dari hasil korupsi yang selama ini ia
lakukan. Atau boleh jadi hasil kekayaannya tersebut merupakan hasil transaksi
dari penjualan barang-barang yang haram. Kalau dipikir-pikir apa kita tidak
malu begitu mengagungkan mereka, menyebutkan mereka sebagai orang yang
bijaksana, orang yang baik, orang yang peduli, karena mereka berusaha
menyumbang kekayaan haramnya tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan.
Sementara kepada orang
yang fakir miskin kita tidak sedikitpun merasakan keberadaannya, bahkan
terkadang secara tidak langsung kita menghinakan mereka. Rasulullah sering
mengadakan dialog dengan pemimpin –pemimpin Quraisy, mengharapkan semoga mereka
masuk Islam. Pada suatu hari beliau bertatap muka dengan Utbah bin Rabi’ah
Syaiban bin Rabi’ah Amr bin Hisyam alias Abu Jahl, umayyah bin Khalaf dan walid
bin Mughirah, ayah Saifullah Khalid bin Walid.
Rasulullah berunding
dan bertukar pikiran dengan mereka tentang Islam, beliau sangat ingin mereka
menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau.
Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba Abdullah bin Ummi
maktun dating menganggu minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an. Kata Abdullah,
“ Ya Rasulullah ? Ajarkan kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada
anda”
Rasul yang mulia
terlengah memperdulikan permintaan Abdullah. Bahkan beliau agak acuh kepada
interupsinya itu. Lalu beliau membelakangi Abdullah dan melanjukan pembicaraan
dengan pemimpin Quraisy tersebut. Mudah-mudahan dengan Islamnya mereka, Islam
tambah kuat dan dakwah bertambah lancar.
Selesai berbicara
dengan mereka Rasulullah bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba-tiba penglihatan
beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah
mewahyukan Firman- Nya Kepada Beliau :
Artinya : Dia (
Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta dating kepadanya,
Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya ( dari dosa), atau dia
ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Adapun yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak
ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri ( beriman). Adapun
orang yang dating kepadamu dengan bergegas( untuk mendapatkan pengajaran),
sedangkan ia takut kepada Allah, maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan
begitu sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan, maka siapa yang
menghendaki tentulah ia memperhatikannya.( ajaran-ajaran itu) terdapat didalam
kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, ditangan para
utusan yang mulia lagi ( senantiasa) berbakti.( Q.S Abasa.80 : Ayat 1-16)
Enam belas ayat itulah
yang sampaikan Jibril kedalam hati rasulullah sehubungan dengan peristiwa
Abdullah bin Ummi maktum, yang senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai
sekarang, dan akan terus dibaca sampai hari kiamat. Sejak hari itu Rasulullah
tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi Abdullah apabila dia datang. Beliau
tanyakan keadaanya dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau
memuliakan Abdullah demikian rupa, bukankah tegoran dari langit itu sangat
keras.
Dalam konteks ini,
sering penulis jumpai banyak manusia seperti demikian. memuliakan orang-orang kaya dan menghinakan orang-orang
miskin. Seperti, saat ini masyarakat kita hanya memandang seseorang itu lewat
materi saja. Kalau ada orang yang datang dengan mobil yang bagus diberi tempat
yang baik, diladeni dengan antusias, bahkan segala kebutuhannya dicoba untuk
dipenuhi, tetapi jika yang datang orang
biasa-biasa saja, jangankan diladeni, menyilahkan dirinya untuk masuk saja
jarang kita lakukan.
Maka wajar jika
Rasulullah berpesan kepada Ali bin Abi Thalib untuk menjauhi sifat-sifat
seperti ini. Karena sifat seperti ini sangat dimurkai Allah. Sayangnya memang
banyak di antara kita tidak menyadari demikian. Sama seperti kita menyambut
pejabat, padahal pejabat itukan pelayan masyarakat, tetapi wacana yang muncul
pejabat yang harus dilayani. Akibatnya semua harus menjadi orang-orang yang
menjilat ke atas.
Sayangnya banyak
pejabat yang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya dia pelayan public atau memang
pura-pura tidak tahu. Dialah yang harus melayani. Bukan dilayani. Sementara
orang yang seharusnya dilayani tidak dilayani. Inilah dunia yang memandang
sesuatu lewat kacamata materi dan jabatan akibatnya banyak orang yang berusaha
ingin menjadi pejabat, orang kayak arena ingin dimuliakan, dilayani, dengan
jalan apapun dilakukan asal ia menjadi orang yang dimulikan .
Jarang ada orang yang
menolak untuk dijadikan pejabat. Karena ia tahu dengan jabatanya ia merasa
dimuliakan oleh orang lain. Padahal sebenarnya jabatan tersebut amanah.
Seharusnya kita sadar,
kemulian seseorang tidak hanya dilihat dari jabatan dan materi semata.
Kemuliaan harus datang dari diri pribadi. Banyak orang yang mungkin di mata
manusia ia tidak punya apa-apa, tetapi disisi Allah ia adalah makhluk yang
terbaik.
Oleh karena itu,
ingatlah pesan Rasulullah, agar kita tidak didurhakai Allah, maka jangan selalu
menghinakan orang fakir, karena ia tidak punya apa-apa dan memuliakan orang
kayak arena ia banyak harta. Tetapi usahakan agar kita selalu memuliakan
seseorang bukan karena jabatan, kekayaan tetapi karena memang ia punya
kapasitas untuk dimuliakan, apakah itu akhlaknya yang memang baik maupun
tingkat keimanan dan istiqomahnya kepada Allah selalu dipertahankanya. Jika itu
kita lakukan inysa Allah, Allah akan selalu menjaga hati kita, agar hati kita
ini bersih dalam memuliakan seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar