KEIKHLASAN
DALAM BERQURBAN
Oleh: Sahrialsyah Sinar
Ternyata berqurban tidak harus ikhlas.
Inilah pesan dari hari raya qurban, pesan dari ibadah haji. Berqurban bahasa
lain dari melakukan yang terbaik, guna mendekatkan diri kepada Allah. Berkorban
jiwa, raga dan raga dan harta yang tidak ikhlas. Artinya berqurbanlah,
bersedekahlah, berbuat baiklah, ikhlas akan datang dan menyertai.
Pada kesempatan ini penulis akan
mengkaji tentang “ Ternyata berqurban tidak harus ikhlas” bersedekah satu juta
tidak ikhlas, lebih baik dari pada bersedekah seribu tapi ikhlas. Banyak
manusia berdebat soal ikhlas, akhirnya malah tidak beribadah, tidak bersedekah,
dan tidak berqurban, tidak naik Haji dan Umroh, tidak sholat dan tidak puasa.
Karena berdalih “dari pada tidak ikhlas lebih baik nanti saja”. Atau berdalih
biar sedikit asal ikhlas.
Padahal bersedekah atau berqurban lebih
baik sekarang, dari pada menunggu keikhlasan datang. Artinya zakat, infaq,
sedekah, wakaf dan berqurban perlu latihan. Keikhlasan perlu juga latihan.
Artinya rajinlah bersedekah, infaq, dan
wakaf atau berqurban Insya Allah keikhlasan akan datang dengan sendirinya.
Inilah yang disebut dengan ikhlas “by
Doing”. Daripada menunggu keikhlasan datang, baru bersedekah atau
berqurban, atau menunggu khusu baru sholat, atau menunggu kaya baru berbagi.
Lebih baik sekarang bersedekah dalam jumlah yang banyak Insya Allah keikhlasan
akan datang.
Ketika kita bersedekah, berqurban dan
berwakaf dalam keadaan tidak ikhlas, itu jauh lebih baik. Daripada menunggu
ikhlas baru bersedekah atau berqurban.
Kenapa kita bersedekah, walaupun tidak
ikhlas.karena bersedekah, wakaf, infaq, qurban dan kebaikan yang kita lakukan,
kembali keuntungannya untuk diri kita sendiri. Allah Berfirman dalam Surah
Al-Isra Ayat 7 :
Yang artinya: Jika kamu berbuat baik
berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat,
maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (QS.Al-Isra : 7)
Jika kamu berqurban untuk melakukan
yang terbaik, “I do my best”, maka
semua itu untuk dirimu sendiri.
Jadi hikmat yang dapat diambil dalam
berqurban adalah berbagi.berbagi itu sendiri menumbuhkan pengorbanan. Orang
yang pelit, kikir dan bakhil, sangat sukar untuk mengorbankan jiwa, raga dan
hartanya. Bahkan kalau boleh dia hanya bernafas dengan satu lubang hidungnya.
Allah berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 180
Yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang pelit atau bakhil dengan
hartanya yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka, sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak kelehernya di
hari kiamat, kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Ali Imran : 180.
Selain itu lewat ajaran perintah
berqurban Islam mengajarkan, mendidik, serta menyadarkan umat ini bagaimana
membangkitkan kepekaan dan kepedulian sosial kita kepada sesama saudara kita
yang lain.yaitu membantu terbinanya pengentalan persaudaraan yang hakiki, cinta
kasih dan kasih saying dan juga tanggung jawab antara sesame umat. Sehingga
dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Allah SWT. Jadi intinya, berqurban
adalah cara yang paling mudah untuk meraih kebahagian. Jika ingin bahagia
berbagilah dan bahagiakan orang lain.berqurban mempunyai dan memiliki makna
yang bernilai mulia bilamana makna esensi berqurban itu kita dapat kita tangkap
dengan baik. Jadi berqurban bukanlah sekedar ritual tanpa makna, atau tradisi
tanpa arti, berqurban harus mampu menggugah perasaan pelakunya untuk menghayati
apa yang tersirat dibalik yang tersurat dari pelaksaan ritual tersebut.
Pesan itu berbunyi : “ Wahai orang
miskin bersedekahlah. Bersedekah tidak harus menunggu kaya. Dalam Al-quran di
terangkan.
Yang artinya :” hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah member nafkah atau sedekah dari
harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan” ( QS. At-Thalaq : 7).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang
lelaki menemui Nabi Muhammad dan bertanya : “Ya Rasullullah, sedekah apa yang
paling mulia?”Nabi menjawab: “ sedekah yang kamu berikan ketika kamu dalam
keadaan sehat, kikir dan takut terhadap kemiskinan serta menginginkan
kekayaan.”
Bersedekah saat kita kaya itu harus,
dan wajar. Tapi bersedekah di saat kita miskin itu wajib agar umat Islam
menjadi orang kaya yang banyak sedekah. Karena sedekah cara mudah mendatangkan
kekayaan. Bagaimana pun modelnya,
perintah Allah akan tetap dilaksanakan sebaik-baiknya oleh manusia yang
menginginkan kebahagian, kemuliaan dan kemakmuaran bagi bangsa dan tanah
airnya. Manusia mulia dan bahagia adalah manusia yang senang berbuat baik dan
berbagi, karena Allah SWT.
Bahkan tujuan hidup mereka adalah
membayar zakat, orientasi hidup mereka berbagi, berinfaq, bersedekah, berwakaf.
Al-quran menjelaskan di antara cirri orang yang beruntung dan bahagia adalah Lizzakati Failun, atau untuk zakat
mereka bekerja ( QS. Al-Mu’minun :4).
Abdurahman bin auf (sahabat Nabi
Muhammad) menyedekahkan seribu ekor unta dengan muatan sandang, pangan, dan
papan bagi penduduk madinah, menyedekahkan 40.000 dirham perak, senilai Rp. 1.4
Miliar, 500 ekor kuda kepada tentara Islam 1.500 ekor unta dan banyak lagi. Dia
bersedekah dan tidak takut miskin.
Di zaman ini ditemukan orang kaya yang
bersedekah puluhan juta rupiah setiap hari, bahkan ada yang sedekah miliaran
rupiah sekali sedekah. Berbahagialah karena manusia bahagia adalah manusia yang
berbagi. Aturan berbunyi :”Berilah, maka anda akan menerima”.atau berbahagialah
karena anda membahagiakan orang lain.”
Akhirnya semoga kita semua dimudahkan
Allah untuk berqurban, berinfaq, bersedekah, dan berwakaf. Menikmati apa yang
kita lakukan, sehingga mendatangkan keikhlasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar